HansTobias Sihombing XII MIA 3 Absen 18 Mencari Arti Puisi "Tiga Sajak Kecil"yang Tertulis Dalam Novel Hujan Bulan Juni, Sebagai Orang Awam. Resensi Novel Kejar Jodoh Identitas buku : Judul buku : Kejar Jodoh Penulis : Herli Anggara Tahun Terbit : 2020 Halaman : 99 halaman Penerbit : CV. Jejak (Jejak Publisher) Sinopsis : Novel ini
Novel Hujan Bulan Juni karya Romi Satria Wahono adalah cerita yang mengharukan. Novel ini bercerita tentang kisah cinta segitiga antara Tari, Nana, dan Benny. Kehidupan mereka bersama-sama diselimuti oleh hujan bulan Juni, memberikan nuansa dan suasana yang lemah lembut. Dari awal sampai akhir, novel ini akan mengajak pembaca untuk melewati perjalanan cinta yang penuh konflik, patah hati, dan ini diawali dengan kisah Tari yang berusaha melupakan Benny. Tari merupakan seorang mahasiswi berusia 21 tahun yang sedang jatuh cinta pada Benny. Namun karena Benny sudah memiliki pacar, maka Tari harus menyembunyikan perasaannya. Suatu hari, Tari bertemu dengan Nana, teman sahabat kecil Benny. Tari merasa kesal dengan kehadiran Nana karena Nana adalah sosok yang menganggu cinta Tari dengan bertemu dengan Tari, Nana menyadari perasaannya terhadap Benny. Sayangnya, Benny masih menyimpan rahasia besar yang dia sembunyikan dari Tari dan Nana. Sementara itu, Tari juga menyimpan rahasia besar yang dia sembunyikan dari Benny dan Nana. Tari merasa tertekan dan bingung tentang bagaimana menyelesaikan masalah yang yang Menarik dalam Novel Hujan Bulan JuniNovel Hujan Bulan Juni menyajikan konflik yang menarik. Pertama, konflik antara Tari dan Nana. Keduanya bersaing untuk mendapatkan cinta Benny, dan keduanya saling menjauh satu sama lain. Kedua, konflik antara Tari dan Benny. Benny tidak mengetahui perasaan Tari, dan Benny juga menyimpan rahasia besar yang dia sembunyikan dari Tari. Ketiga, konflik antara Benny dan Nana. Nana merasa bahwa Benny tidak memperhatikannya, dan Nana tidak bisa mengatakan perasaannya pada dalam Novel Hujan Bulan JuniNovel Hujan Bulan Juni memiliki beberapa karakter penting yang dapat dikenali. Pertama, Tari. Tari adalah tokoh utama wanita yang berusia 21 tahun. Ia jatuh cinta pada Benny, namun Benny tidak mengetahuinya. Ia juga menyimpan rahasia besar yang dia sembunyikan dari Benny dan Nana. Kedua, Nana. Nana adalah sahabat kecil Benny yang jatuh cinta pada Benny. Ia tidak bisa mengatakan perasaannya pada Benny. Ketiga, Benny. Benny adalah tokoh utama pria yang jatuh cinta pada Tari. Ia menyimpan rahasia besar yang dia sembunyikan dari Tari dan Moral yang Dapat Dipetik dari Novel Hujan Bulan JuniNovel Hujan Bulan Juni mengajarkan beberapa pesan moral. Pertama, jangan pernah berusaha memaksakan cinta. Jangan mencoba untuk mendapatkan seseorang yang tidak mencintai kita, karena hal ini akan menyebabkan rasa sakit yang mendalam. Kedua, jangan pernah menyembunyikan perasaan. Jika kita memiliki perasaan yang kuat, kita harus berani untuk menunjukkan perasaan itu. Ketiga, jangan mengabaikan orang yang ada di sekitar kita. Kita harus menghargai dan menghormati orang-orang di sekitar dan Kekurangan Novel Hujan Bulan JuniNovel Hujan Bulan Juni memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pertama adalah cerita yang menarik. Novel ini bercerita tentang kisah cinta segitiga yang penuh konflik, patah hati, dan luka. Kelebihan kedua adalah karakter yang kuat. Novel ini memiliki karakter-karakter yang memiliki kepribadian dan motivasi yang kuat. Kekurangan pertama adalah alur cerita yang lambat. Novel ini memiliki alur cerita yang bergerak lambat, dan kadang-kadang membosankan. Kekurangan kedua adalah kurangnya detail. Novel ini kurang memperhatikan detail, sehingga ada beberapa hal yang tidak Hujan Bulan Juni karya Romi Satria Wahono merupakan novel yang mengharukan. Novel ini bercerita tentang kisah cinta segitiga antara Tari, Nana, dan Benny. Novel ini memiliki konflik yang menarik, karakter yang kuat, dan pesan moral yang dapat dipetik. Meskipun memiliki kelebihan dan kekurangan, novel ini sangat layak untuk dibaca.
RESENSINOVEL HUJAN BULAN JUNI. Juli 24, 2018 Sarwono dan pingkan adalah Islam dan kristen. Solo dan manado. Perbedaan tersebut menjadi jurang antara mereka. RESENSI NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJK KARY Mendudukan Kembali Kedudukan Kita dan Mereka; 2019 2. Februari 2019 1. Juli 2019 1. 2020 1. Juli 2020 1.
Judul Hujan Bulan Juni Penulis Sapardi Djoko Damono Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit Juni 2015 Tebal 135 halaman Sarwono merupakan dosen muda yang mengajar antropologi UI yang sangat pandai dalam membuat bait puisi. Dia mempunyai hubungan dengan Pingkan yang merupakan dosen muda prodi jepang. Mereka pun bingung entah kapan hubungan tersebut akan berlanjut kepernikahan. Namun mereka masih asyik dengan status pacaran. Banyak lika liku hidup yang dihadapi Sarwono dan Pingkan. Mereka adalah sosok yang berbeda baik kota,suku,budaya bahkan agama. Sarwono orang Solo yang pastinya orang Jawa sedangkan Pingkan adalah campuran antara jawa dan Menado. Ibu pingkan keturunan Jawa namun lahir di Makasar sedangkan Ayahnya berasal dari Menado. Sebenarnya Pingkan dan Sarwono tidak pernah mempermasalahkan perbedaan mereka. Namun perbedaan mereka selalu dipermasalahkan oleh keluarga besar Pingkan yang berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungannya dengan Sarwono. Harapan dari salah satu tante Pingkan dia menikah dengan dosen muda yang baru saja menyelesaikan studi MA di Amerika. Namun Pingkan tetap mempertahankan hubungannya dengan Sarwono. Bahkan jika dia menikah, dia akan tinggal di Jakarta bersama Sarwono. Hubungan Pingkan dan Sarwono juga mendapat aral. Ketika Pingkan mendapatkan beasiswa ke Jepang Sarwono merasa kehilangan. Ketakutannya bukan karena akan keraguan atas cinta Pingkan, namun pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. Karena ada sontoloyo Katsuo. Ia merupakan dosen dari jepang yang pernah kuliah di UI tempat Sarwono dan Pingkan mengajar. Dan selama di Indonesia Katsuo sangat dekat dengan Pingkan. Sarwono yang dengan kuat menahan diri saat berjauhan dan berkeyakinan bahwa Pingkan tetap setia kepadannya. Disisi lain Sarwono yang bekerja tanpa istirahat bersamaan melawan batuk atas penyakitnya itu. Batuk yang pada akhirnya membuat dia terkapar di rumah sakit. Berita Sarwono sampai kepada Pingkan yang saat itu Pingkan sudah tiba di Jakarta. Kemudian Pingkan segera terbang ke Solo untuk menemui Sarwono. Dari Ibu Sarwono pingkan diberi koran dan dibukannya dilihat terdapat tiga bait sajak pendek disudut halamannya. Kelebihan dan Kelemahan Novel Novel ini memiliki kelebihan antara lain sampul novel yang elegan dan menarik. Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa jawa didalam novel ini. Disisipkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan. Adapun kelemahan novel ini antara lain terdapat kata yang sulit dimengerti dan alur ceritannya sulit ditebak. Kesimpulan Novel yang berjudul Hujan Bulan Juni yang merupakan karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan kisah cinta dua dosen muda yaitu Sarwono dan Pingkan. Namun hubungan tersebut belum sampai kejenjang pernikahan karena perbedaan mereka terutama dalam hal agama. Navigasi pos
Padaeloknya aksi panggung sang bulan. 26 Mei 2021. on Juni 12, 2021 Tidak ada komentar: [Resensi Buku] Lukisan Hujan (Edisi Baru) - Sitta Karina. Judul: Lukisan Hujan. Penulis: Sitta Karina. Penerbit: Literati. Jumlah halaman: 546 halaman. Tahun terbit: 2015 . Lukisan Hujan adalah novel karangan Sitta Karina pertama yang saya baca. Cerita
Resensi Novel Hujan Bulan Juni. Cover novel hujan bulan juni gambar Saya menemukan buku setebal 120 halaman, saya tertarik ketika sekilas membaca judulnya “hujan bulan juni”, ya mungkin karena bertepatan hari ini adalah bulan Novel Hujan Bulan Juni Pdf from ini memiliki sampul tetesan air dan daun kering yang sedang jatuh, sepertinya penulis ingin mengungkapkan beberapa sesuatu yang menarik hati. Namun hubungan mereka belum sampai ke jenjang pernikahan kerana perbedaan diantara mereka terutama dalam hal agama. Oleh karena itu, melalui resensi novel hujan bulan juni ini kita akan mengupas beberapa kelebihan dan kekurangannya, yaituInfo Jual Novel Hujan Bulan ± Mulai Rp Murah Dari Beragam Toko itu dibuktikan bahwa cerita yang disuguhkan dapat mengoyak perasaan bagi pembacanya. Oleh karena itu, melalui resensi novel hujan bulan juni ini kita akan mengupas beberapa kelebihan dan kekurangannya, yaitu Terdapat beberapa kelebihan dari novel berjudul hujan bulan juni, yaitu mempunyai sampul yang elegan dan menarik dengan efek tulisan basah seperti terkena tetesan air Pasti Datang, Tanpa Payah terus menunggumu memutar badan dan melempar senyum kepadaku. Novel hujan bulan juni berisi tentang kisah percintaan sarwono dan pingkan, berisi manis pahitnya hubungan keduanya. Pada resensi kali ini, saya akan membahas novel hujan bulan juni oleh sapardi djoko Ternyata Setela Membaca Saya Semakin Jatuh mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditentunnya sendiri. Kau terpencil dalam diriku novel. Bulan yang mengingatkan saya pada enam yang cukup saya Gramedia Pustaka Utama TebalNovel yang berjudul hujan bulan juni yang merupakan karya sapardi djoko damono ini menceritakan kisah cinta dua dosen muda yaitu sarwono dan pingkan. Cover novel hujan bulan juni gambar Novel hujan bulan juni, merupakan sebuah buku karangan sapardi djoko damono, yang telah terbit tahun 2015 oleh penerbit gramedia pusaka utama, serta telah dicetak ulang beberapa Ini Memiliki Sampul Tetesan Air Dan Daun Kering Yang Sedang Jatuh, Sepertinya Penulis Ingin Mengungkapkan Beberapa Sesuatu Yang Menarik hujan bulan juni, merupakan sebuah buku karangan sapardi djoko damono, yang telah terbit tahun 2015 oleh penerbit gramedia pusaka utama, serta telah dicetak ulang beberapa kali. Puisi hujan bulan juni karya sapardi djoko damono memiliki amanat tentang ketabahan, kearifan, dan kebijaksanaa yang harus dimiliki seseorang dalam keadaa berat sekalipun. Novel hujan bulan juni berisi tentang kisah percintaan sarwono dan pingkan, berisi manis pahitnya hubungan keduanya.
11Resensi Buku Fiksi. Untuk mengisi waktu luang dan memberikan inspirasimu, ini dia beberapa contoh resensi buku fiksi yang bisa jadi pilihanmu! 1. Perahu Kertas – Dee. Novel romantis ini bercerita tentang dua pemimpi yang dipertemukan oleh semesta, Kugy dan Keenan, yang masing-masing dihadapkan dengan berbagai hambatan menuju cita-cita mereka.
Sinopsis Novel Sosok Sarwono adalah dosen muda yang mengajar Antropolog yang lihai dalam membuat baitan puisi memenuhi sudut surat kabar ini menjalin hubungan dengan Pingkan, Pingkan sendiri merupakan dosen muda di prodi Jepang. Pada dasarnya mereka sudah kenal sejak lama, apalagi Sarwono sendiri adalah teman dari kakak Pingkan, Toar. Mereka pun bingung sampai kapan hubungan ini dapat berlanjut ke pernikahan. Sebuah prosesi yang membutuhkan pemikiran dan tahap lebih dewasa. Sementara pada saat ini, mereka masih asyik dengan status pacaran sekarang. Ada banyak likuan hidup yang dihadapi Sarwono dengan Pingkan. Terlebih mereka adalah sosok yang berbeda dari kota, budaya, suku, bahkan agama. Sarwono yang dari kecil hidup di Solo, sudah pasti orang Jawa. Sedangkan Pingkan adalah campuran antara Jawa dengan Menado. Ibu Pingkan adalah keturunan Jawa yang lahir di Makassar, sedangkan bapakPingkan berasal dari Menado. Di sini mereka berdua tidak mempersoalkan apa itu suku beda, atapunkeyakin yang berbeda. Ya Sarwono yang sangat taat pada agamanya Islam, dan sosok Pingkan yang juga meyakini agama Kristen sepenuh hati. Permasalahan tentang agama ini dicuatkan oleh keluarga besar Pingkan yang di Menado. Dengan berbagai cara mereka selalu bertanya pada Pingkan tentang hubungannya dengan Sarwono. Pertanyaan yang terlihat berniat menyudutkan, berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungan dengan Sarwono. Harapan keluarga besarnya adalah dia menikahi sosok dosen muda yang pernah kuliah di Jepang dan sekarang mengajar di Manado. Sosok pemuda yang dari dulu juga menaksir Pingkan. Namun dengan berbagai upaya, Pingkan tetap bersikukuh mempertahankan hubungan itu dengan dia berencana kalau menikah akan meninggalkan Menado dan tinggal selamanya di Jakarta. Tempat dia berkerja sebagai dosen. Hubungan asmara Pingkan dan Sarwono ini tidak hanya mendapatkan aral dari keluarga besar Pingkan saja. Ketika Pingkan berhasil mendapatkan beasiswa ke Jepang, Sarwono merasa kehilangan dan ketakutan. Ketakutannya bukan dari keraguannya atas cinta Pingkan, namun lebih pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. Yah, di Jepang ada sosok sontoloyo Katsuo. Katsuo sendiri adalah dosen Jepang yang pernah kuliah di UI, tempat Sarwono dan Pingkan mengajar sekarang. Dan selama di Indonesia, Katsuo sangat dekat dengan Pingkan. Tidak hanya alur tentang bagaimana Sarwono menahan diri dan meyakinkan dirinya sendiri kalau Pingkan tetap setia padanya. Di sini juga ada cerita bagaimana Sarwono harus kuat melawan batuk yang tidak berkesudahan. Batuk yang pada akhirnya membuat dia harus terkapar di pembaringan Rumah Sakit. Ada juga kisah tentang arti dari penamaan Pingkan, ya nama Pingkan diambil dari sebuah cerita yang sudah melegenda di Menado. Kelebihan dan Kekurangan Novel Kelebihan Novel Cover dari novel ini sangat menarik dengan efek tulisan yang basah karena terkena tetesan air hujan. Gaya bahasa yang digunakan penulis kurang bisa dipahami secara langsung. Ditambah lagi akhir cerita yang masih menggantung. Karena dalam novel tersebut tidak ada kejelasan bagaimana rencana pernikahan Sarwono dan Pingkan atau paling tidak akhir dari hubungan mereka dan keluarga besar Pingkan. Kekurangan Novel Menambah pengetahuan pembaca mengenai kebudayaan Minahasa dan Solo melalui tokoh Pingkan dan Sarwono. Ditambah lagi sedikit informasi mengenai kehidupan dan hiruk pikuk yang terjadi diseputaran sebuah universitas. Ide yang Ingin Disampaikan oleh Pengarang Ide yang ingin disampaikan pengarang adalah toleransi antar umat beragama, toleransi budaya dan suku, serta kesetiaan cinta sepasang kekasih. Majas dan Pencitraan Novel Majas 1. Majas Asosiasi Pada kalimat “Ia suka sakura yang hanya mekar seminggu di awal musim semi, dan langsung gugur bagaikan ronin yang dipenggal kepalanya oleh samurai yang dikhianatinya.” bab 2 halaman 12 Penjelasan Kalimat tersebut memiliki majas perbandingan yang ditandai dengan kata “bagaikan”. 2. Majas Hiperbola Pada kalimat “Cahaya matahari pertama bersinggungan dengan cakrawala” bab 2 halaman 45 Penjelasan Memiliki makna berlebihan yang artinya pagi hari. Pada Kalimat “Pingkan merasa lepas dari tubuhnya” bab 2 halaman 33 Penjelasan Memiliki makna berlebihan yang artinya merasa kelelahan. 3. Majas Satire Pada kalimat “Kuping Jawa itu yang suka ngeloyor ke sana kemari dan kalau nyanyi tidak jelas itu macapat atau sonata” bab 2 halaman 33 Penjelasan Memiliki maksud untuk mengecam atau menertawakan 4. Majas Metonimia Pada kalimat “Musashi yang suka minum Coca-Cola” bab 2 halaman 52 Penjelasan Memakai merk “Coca-cola” untuk menggantikan pengucapan minuman bersoda Pada kalimat “Garuda yang langsung dari Menado mendarat agak terlambat.” bab 2 halaman 67 Penjelasan Memakai atribut “Garuda” untuk menggantikan pengucapan maskapai pesawat Garuda Indonesia. 5. Majas Personifikasi Pada kalimat “Terdengar lengkingan suara penyanyi dan jerit gitar elektrik yang menjadi ciri band itu” bab 2 halaman 47 Penjelasan Mengungkapkan bahwa gitar seolah-olah dapat menjerit seperti manusia. Pencitraan 1. Penglihatan Pada kalimat “Liat itu yang duduk di sudut” bab 2 halaman 13 Pada kalimat “Di jalan pulang dilihatnya beberapa anak dengan seragam merah-putih berjalan setengah menari setengah menyanyi” bab 2 halaman 87 Pada kalimat “Rombongan Menado itu hampir serentak menoleh kepada mereka” bab 2 halaman 73 2. Pendengaran Pada kalimat “Hujan, bisiknya entah pada siapa” bab 1 halaman 2 Pada kalimat “Terdengar lengkingan suara penyanyi dan jerit gitar elektrik yang menjadi ciri band itu” bab 2 halaman 47 Pada kalimat “Sebuah ruang kedap suara yang merayakan senyap” bab 2 halaman 44 3. Penciuman Pada kalimat “Tanpa aroma tanpa warna” bab 2 halaman 44 BAB III PENUTUP Kesimpulan Novel karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Hujan Bulan Juni” diterbitkan pada bulan Juni tahun 2015. Novel inimemiliki nilai-nilai moral yang sangat terasa, mengajarkan untuk saling toleransi terhadap perbedaan agama, budaya, suku, serta kesetiaan cinta sepasang kekasih. Tulisannya membuat pikiran pembaca melayang-layang seperti seorang penyair yang pandai memuji, namun kerap kali terlihat rapuh dan mudah meneteskan air mata. Pergolakan hati yang terus bertanya bisa tetap meyakinkan diri dalam satu hubungan, kalau kenyataan yang dihadapi harus saling berjauhan. Alur ceritanya sulit ditebak dan membuat kita terhanyut dalam alurnya ketika sedang membacanya. Saya merekomendasikan novel ini untuk dibaca dan dimiliki, sebuah novel yang cara penulisannya berbeda serta dipenuhi syair di setiap kalimatnya. Sumber
2 Sipnosis. Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik. Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun.
RESENSI NOVEL HUJAN BULAN JUNI RESENSI NOVEL HUJAN BULAN JUNI 1. Identitas novel Judul Hujan Bulan Juni Penulis Sapardi Djoko Damono Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit Juni 2015 ISBN 9786020318431 Tebal 135 halaman Sarwono merupakan dosen muda yang mengajar antropologi UI yang sangat pandai dalam membuat bait puisi. Dia mempunyai hubungan dengan Pingkan yang merupakan dosen muda prodi jepang. Mereka pun bingung entah kapan hubungan tersebut akan berlanjut kepernikahan. Namun mereka masih asyik dengan status pacaran. Banyak lika liku hidup yang dihadapi Sarwono dan Pingkan. Mereka adalah sosok yang berbeda baik kota,suku,budaya bahkan agama. Sarwono orang Solo yang pastinya orang Jawa sedangkan Pingkan adalah campuran antara jawa dan Menado. Ibu pingkan keturunan Jawa namun lahir di Makasar sedangkan Ayahnya berasal dari Menado. Sebenarnya Pingkan dan Sarwono tidak pernah mempermasalahkan perbedaan mereka. Namun perbedaan mereka selalu dipermasalahkan oleh keluarga besar Pingkan yang berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungannya dengan Sarwono. Harapan dari salah satu tante Pingkan dia menikah dengan dosen muda yang baru saja menyelesaikan studi MA di Amerika. Namun Pingkan tetap mempertahankan hubungannya dengan Sarwono. Bahkan jika dia menikah, dia akan tinggal di Jakarta bersama Sarwono. Hubungan Pingkan dan Sarwono juga mendapat aral. Ketika Pingkan mendapatkan beasiswa ke Jepang Sarwono merasa kehilangan. Ketakutannya bukan karena akan keraguan atas cinta Pingkan, namun pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. Karena ada sontoloyo Katsuo. Ia merupakan dosen dari jepang yang pernah kuliah di UI tempat Sarwono dan Pingkan mengajar. Dan selama di Indonesia Katsuo sangat dekat dengan Pingkan. Sarwono yang dengan kuat menahan diri saat berjauhan dan berkeyakinan bahwa Pingkan tetap setia kepadannya. Disisi lain Sarwono yang bekerja tanpa istirahat bersamaan melawan batuk atas penyakitnya itu. Batuk yang pada akhirnya membuat dia terkapar di rumah sakit. Berita Sarwono sampai kepada Pingkan yang saat itu Pingkan sudah tiba di Jakarta. Kemudian Pingkan segera terbang ke Solo untuk menemui Sarwono. Dari Ibu Sarwono pingkan diberi koran dan dibukannya dilihat terdapat tiga bait sajak pendek disudut halamannya. 3. Kelebihan dan Kelemahan Novel Novel ini memiliki kelebihan antara lain sampul novel yang elegan dan menarik. Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa jawa didalam novel ini. Disisipkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan. Adapun kelemahan novel ini antara lain terdapat kata yang sulit dimengerti dan alur ceritannya sulit ditebak. 4. Kesimpulan Novel yang berjudul Hujan Bulan Juni yang merupakan karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan kisah cinta dua dosen muda yaitu Sarwono dan Pingkan. Namun hubungan tersebut belum sampai kejenjang pernikahan karena perbedaan mereka terutama dalam hal agama. Postingan populer dari blog ini Kumpulan kata-kata Fiersa Besari Hal baru butuh waktu untuk diterima di masyarakat. Jangankan hal besar. Membiasakan melihat "Hahaha" bergantinya "Wkwkwk" saja butuh waktu. Salah satu tanda sebuah komitmen sudah memasuki tahap yang lebih serius ialah . Bisa kentut dihadapan satu sama lain Beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat do'a. Pada waktunya, dunia hanya perlu tahu kalau kita hebat. Kebabahagiaan tidak membutuhkan penilaian orang lain. Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi, bahagia adalah bonus. Sumber Garis Waktu Aku tidak tahu dimana ujung perjalanan ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah prioritas. Sumber Garis Waktu Aku, biarlah seerti bumi. Menopang meski diinjak, memberi meski dihujani, diam meski dipanasi. Sampai kau sadar, jika aku hancur... Kau juga. Sumber Garis Waktu RESENSI BUKU BOLA VOLI RESENSI BUKU BOLA VOLI 1. Identitas buku Judul Bola Voli "Bimbingan dan Latihan Bola Voli" Pengarang Bonnie Robison Penerbit Dahara Prize Semarang Dicetak oleh Effhar Offset Semarang Tahun terbit Tahun 1997 ISBN 979-501-062-X 2. Ringkasan Bola Voli merupakan permainan gerak cepat, sebagai acara pertandingan yang memerlukan waktu, tenaga dan tekhnik. Olahraga ini berasal dari Amerika, diperkenalkan pada pesta Olympiade tahun 1964. Akhir-akhir ini semakin populer dan digiatkan di sekolah, perguruan tinggi serta masyarakat. Dapat dimainkan di pantai, tempat-tempat rekreasi dan tempat-tempat lain, sebagai olahraga berkualitas tinggi didalam membentuk jaringan otot tubuh. Bonnie Robison menyajikan dalam buku ini mengenai latihan dasar, taktik dan st
ContohTeks Ulasan Novel. Identitas. Judul novel: Dunia Cecilia ( Through a Glass, Darkly) Penulis: Jostein Gaarder. Jenis buku: Fiksi. Penerbit: Phoenix House, London, 1996. Orientasi. Dunia Cecilia adalah novel karya Jostein Gaarder yang merupakan penulis novel filsafat terlaris Dunia Shopie. Dunia Cecilia mengisahkan petualangan seorang
Hujan Bulan Juni merupakan kumpulan puisi yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono yang pertama kali diterbitkan pada 1994 oleh Penerbit Grasindo. Selain dalam bentuk kumpulan puisi, Hujan Bulan Juni juga ditulis menjadi sebuah novel. Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni sendiri memuat sejumlah 102 puisi Sapardi Djoko Damono yang ditulis dari tahun 1964 sampai 1994. Sejumlah puisi yang ada di dalam buku ini adalah penerbitan ulang dari puisi-puisi yang pernah terbit dalam buku Duka-Mu Abadi 1969, Mata Pisau 1974, Akuarium 1974, dan Perahu Kertas 1984. Judul buku kumpulan puisi ini meniru dari puisi yang ditulis oleh Sapardi pada tahun 1989. Sampai saat ini, Hujan Bulan Juni telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Arab, Jepang, dan Mandarin. Untuk Hujan Bulan Juni Sebuah Novel sendiri diterbitkan pada Juni 2015 oleh Gramedia Pustaka Utama. Novel ini hanya memiliki total 135 halaman saja. Novel Hujan Bulan Juni mengisahkan tentang bagaimana mungkin seseorang mempunyai keinginan untuk mengurai kembali benang yang tidak terkira jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang sudah ditenunnya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang dapat mendadak terbebas dari jaringan benang yang silang-menyilang, susun-bersusun, dan timpa-menimpa dengan rapi di selembar sapu tangan yang telah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jemarinya sendiri, oleh ketabahannya sendiri, oleh tarikan dan hembusan nafasnya sendiri, oleh kesunyiannya sendiri, oleh kerinduannya sendiri, oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri, oleh penghayatannya sendiri mengenai hubungan-hubungan pelik antara laki-laki dan perempuan yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang. Bagaimana mungkin? Profil Sapardi Djoko Damono – Penulis Novel Hujan Bulan JuniSinopsis Novel Hujan Bulan JuniPros & ConsKelebihan Novel Hujan Bulan JuniKekurangan Novel Hujan Bulan JuniPesan Moral Novel Hujan Bulan JuniBuku Best Seller RekomendasiArtikel Terkait Rekomendasi Buku Sumber gambar Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono atau yang akrab dipanggil “SDD” yang menyingkat inisial namanya merupakan pria kelahiran 20 Maret 1940. Sapardi Djoko Damono merupakan seorang pujangga asal Indonesia yang sangat populer. SDD merupakan putra pertama dari pasangan Sadyoko dan Saparian. Nama SDD menjadi dikenal masyarakat luas, karena berbagai karya puisinya membahas tentang hal-hal sederhana, tetapi penuh dengan makna kehidupan. Maka dari itu, karyanya tersebut bisa dikagumi oleh masyarakat, bahkan kalangan sastrawan. Dalam dunia kesusastraan Indonesia, SDD sering dianggap sebagai sastrawan angkatan 1970-an. Sapardi Djoko Damono menikah dengan Wardiningsih. Pernikahan mereka berdua diberkati dengan kehadiran seorang putra dan seorang putri. Sapardi menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 19 Juli 2020 di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan. Ia meninggal akibat penurunan fungsi organ tubuh. Masa muda Sapardi dihabiskan di Surakarta. SDD menempuh pendidikan dasar di SD Kesatryan Keraton yang berlokasi di Surakarta. Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 2 Surakarta, dan berhasil lulus tahun 1955. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 2 Surakarta dan berhasil lulus pada 1958. Pada masa itu, Sapardi telah menghasilkan sejumlah karya yang ia kirimkan juga ke berbagai majalah. Kegemarannya untuk menulis ini berkembang ketika ia menempuh pendidikan tinggi di bidang Bahasa Inggris di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. SDD juga sempat menempuh pendidikan di University of Hawaii, Honolulu, dan menempuh program doktor di Fakultas Sastra UI dan berhasil lulus pada tahun 1989. Setelah lulus kuliah pada tahun 1964, SDD sempat menjadi pengajar pada Fakultas Keguruan Sastra dan Seni IKIP Malang di Madiun hingga tahun 1968. Pada tahun 1973, setelah sempat bekerja di Semarang, Sapardi pindah ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison. Sejak tahun 1974, Sapardi mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Sapardi juga sempat ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Sastra UI untuk periode 1995 sampai 1999 setelah sebelumnya diangkat sebagai guru besar. Pada masa tersebut, Sapardi juga menjadi redaktur majalah Horison, Kalam, Basis, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, Pembinaan Bahasa Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur. Setelah selesai menjabat sebagai dosen di UI pada tahun 2005, Sapardi masih mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sembari tetap menulis fiksi dan nonfiksi. Sapardi juga merupakan salah satu pendiri Yayasan Lontar. Puisi karya Sapardi sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk juga bahasa daerah. Sapardi tak hanya aktif untuk menulis puisi saja, tetapi ia juga gemar menulis cerita pendek. Selain itu, Sapardi juga suka menulis esai, menerjemahkan berbagai karya penulis asing, dan menulis sejumlah artikel atau kolom di koran, termasuk juga kolom sepak bola. Beberapa puisi karyanya sangat populer dan dianggap sebagai karya legendaris. Contohnya seperti Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Akulah si Telaga, Pada Suatu Hari Nanti, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Popularitas puisi karyanya ini semakin meningkat setelah ia melakukan musikalisasi puisi bersama sejumlah mantan mahasiswanya di FIB UI. Dari hasil musikalisasi puisi itu, tercipta sebuah album yang populer, yakni oleh Reda dan Tatyana. Sapardi Djoko Damono telah banyak menerima penghargaan. Di antaranya, yaitu Cultural Award Australia 1978, Anugerah Puisi Putra Malaysia 1983, SEA Write Award Thailand 1986, Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990, Kalyana Kretya dari Menristek RI 1996, Achmad Bakrie Award Indonesia 2003, Akademi Jakarta 2012, Habibie Award Indonesia 2016, dan ASEAN Book Award 2018. Sinopsis Novel Hujan Bulan Juni Pros & ConsProsKonflik cerita yang penulisan khas Sapardi Djoko Damono yang dengan latar masa pengajaran akan toleransi antar cerita kalimat sulit untuk dimengerti akibat pemilihan kata dan penggunaan kata dalam Bahasa Jawa. Ini adalah kisah mengenai hubungan percintaan antara Sarwono, pria sederhana yang kaku, dan Pingkan, gadis yang jika boleh saya kategorikan layaknya syarat untuk menjadi Miss Universe Brain, Beauty dan, Behavior. Gadis itu berdarah campuran dari dua suku, Jawa Solo dan Minahasa Menado. Toar merupakan lakak Pingkan sekaligus sahabat Sarwono. Dari persahabatannya itulah, kisah cinta mereka dimulai. Sarwono adalah seorang antropolog. Ia sedang disibukkan dengan pekerjaannya sebagai peneliti. Sarwono mendapatkan tugas itu dari dosen seniornya. Tak lama kemudian, mereka berdua, Pingkan dan Sarwono, akibat sering bertemu maka keduanya saling jatuh cinta. Namun, mereka dibenturkan oleh sebuah kendala, yakni perbedaan agama. Uniknya, cinta mereka dipenuhi dengan obrolan yang remeh setiap kali sedang pergi bersama. Namun, justru karena obrolan mereka itulah yang membuat suasana romantis di antara keduanya semakin berkembang. Pada bab awal, Sarwono dibuat gembira, karena tiga puisi karyanya dimuat di sebuah koran bernama Swara Keyakinan. Sayangnya, tanggapan Pingkan setelah mengetahui hal itu biasa saja. Ia malah mengatakan bahwa puisi Sarwono itu kisruh dan cengeng, saat membaca puisi Sarwono yang lain, selain yang dimuat hari itu. Sarwono belum sempat memperlihatkan kepadanya, dan ia mengetahui bahwa, Pingkan mungkin tidak akan memberikan reaksi baik. Namun, meski begitu, gadis berkulit putih itu tetap memberikan perhatiannya kepada Sarwono. Malah Pingkan juga pernah merasa kasihan saat Sarwono yang bertubuh kurus itu terbatuk-batuk. Meski Sarwono berdalih dengan mengatakan dirinya sehat, Pingkan akan membantah perkataannya. Ia mempertanyakan apa yang dimaksud Sarwono sebagai sehat? Suka merokok dan batuk-batuk kok dibilang sehat? Itu dia cara Pingkan menunjukkan rasa sayangnya kepada pria jawa yang ia cintai. Sebab, Pingkan mengetahui bahwa Sarwono pernah gagal untuk melanjutkan studi ke Amerika akibat terdapat flek di paru-parunya yang mencurigakan. Sayangnya, Pingkan harus melanjutkan studinya di Negeri Sakura. Ia dikirim dari kampusnya dan melaksanakan perintah prodinya. Sarwono dibuat semakin galau saat mengetahui berita itu. Terlebih lagi, ia pernah mendengar bahwa pria Jepang bernama Katsuo yang pernah berkunjung ke Indonesia dan pernah menjalin hubungan dekat dengan Pingkan, sudah lulus program pascasarjana dan menjadi dosen di Universitas Kyoto. Ya, tempat mengajar Katsuo tidak lain adalah kampus yang nantinya akan menjadi tempat Pingkan menimba ilmu. Di bab akhir, dikisahkan bahwa Sarwono jatuh sakit hingga cairan dalam paru-parunya perlu disedot. Sarwono menderita paru-paru basah, benak dan hatinya juga basah akibat lama menahan rindu ingin bertemu sang kekasih. Kelebihan Novel Hujan Bulan Juni Novel Hujan Bulan Juni karya pujangga legendaris Indonesia ini tentunya memiliki banyak kelebihan. Kelebihan pertama, yakni novel ini berisi konflik yang sederhana. Novel ini hanya mengisahkan hubungan percintaan antara Sarwono dan Pingkan, yang sama-sama saling mencintai. Namun, terdapat sejumlah kendala yang merintangi hubungan mereka, terutama akibat perbedaan agama dan suku bangsa keduanya. Gaya penulisan novel Hujan Bulan Juni ini juga dinilai sangat khas karya Sapardi Djoko Damono. Meskipun ini merupakan novel, narasi dalam novel ini ditulis dengan gaya bercerita seperti sedang menyampaikan puisi. Pembaca dapat menemukan banyak kata-kata puitis dan indah dalam narasi kisah ini. Pembaca juga sangat mengapresiasi SDD yang dinilai melakukan riset yang cukup mumpuni untuk menulis novel ini. Riset yang dimaksud adalah mengenai teknologi, karena SDD sudah tergolong kaum lansia ketika menulis novel ini, tetapi ia tetap menghadirkan unsur teknologi dalam cerita ini. Novel Hujan Bulan Juni ini menyajikan cerita cinta yang memiliki latar situasi yang relevan masa sekarang. Kemudian, dalam novel Hujan Bulan Juni ini, Sapardi Djoko Damono memberikan pesan tersirat tentang toleransi agama dalam sebuah hubungan. Secara keseluruhan, pembaca dapat menikmati novel yang sangat singkat ini. Pembaca dapat menikmati bagaimana karakter para tokoh yang seperti malu tapi mau, sontoloyo, tetapi saling perhatian. Narasi kisah ini mampu membuat pembaca senyum-senyum sendiri ketika membacanya. Kekurangan Novel Hujan Bulan Juni Selain kelebihan, novel Hujan Bulan Juni ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan novel ini terletak pada alur cerita yang melompat-lompat. Terkadang, plot ceritanya terjadi di latar waktu saat ini, kemudian tiba-tiba ada alur mundur, dan setelah itu bisa saja mereka telah melompat ke peristiwa lain yang terjadi di masa depan. Hal ini cukup membingungkan para pembaca. Kendala lain yang ditemukan pembaca, yakni untuk mencerna kalimat demi kalimat yang dinilai jadul dan kental dengan adat Jawa. Bagi mereka yang bukan berasal atau keturunan Jawa, hal ini cukup menjadi kendala. Ditambah lagi, novel ini tidak memiliki catatan kaki yang memuat terjemahan Bahasa Jawa yang digunakan. Pesan Moral Novel Hujan Bulan Juni Melalui kisah ini, kita dapat mengetahui bahwa nasib memang diserahkan kepada manusia untuk diperjuangkan. Namun, takdir juga harus ditandatangani di atas materai dan tak boleh digugat jika nanti terjadi apapun. Meskipun itu baik atau buruk. Dari kisah ini juga kita mengetahui bahwa kesepian bagaikan benang-benang halus ulat sutera yang secara perlahan, lembar demi lembar, mengurung manusia sampai ulat yang ada di dalamnya ingin segera melepaskan diri dan berubah menjadi wujud yang sangat berbeda. Supaya bisa saja tak diingat lagi dari mana asalnya. Kisah cinta Sarwono dan Pingkan ini juga mengajarkan kita untuk senantiasa menghargai kepercayaan masing-masing. Perbedaan yang ada di dunia ini bukan merupakan sebuah penghalang. Jadi, jangan menilai perbedaan sebagai hal yang buruk. Nah, itu dia Grameds ulasan novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Bagi kalian yang penasaran akan karya legendaris pujangga ternama Indonesia ini, kalian bisa mendapatkan buku ini hanya di Rating 3,7
ContohResensi Novel - Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan beberapa contoh resensi Novel. Namun, kamu harus memahami terlebih dahulu apa itu resensi. Tahun terbit : Cetakan 1, 1980. Cetakan ke-27, Juni 2018; Jumlah halaman : 551 halaman; Sinopsis Novel. Bumi Manusia bercerita tentang Minke, seorang pribumi yang bersekolah di HBS
Sarwono seorang Antropolog. Ia tengah disibukkan dengan pekerjaannya sebagai peneliti — ia mendapatkan tugas tersebut dari dosen seniornya. Singkatnya kemudian, mereka, Pingkan dan Sarwono, karena sering bertemu maka keduanya saling jatuh cinta, meski dibenturkan oleh sebuah kendala; berbeda agama. Uniknya, cinta mereka dibumbui dengan obrolan yang remeh-temeh setiap kali sedang jalan bersama. Tetapi, justru sebab obrolan mereka itulah yang membuat keromantisan di antara keduanya semakin terbangun. Di bab awal, Sarwono dibuat gembira, sebab, tiga puisinya dimuat sebuah koran bernama Swara Keyakinan — Sayangnya, tanggapan Pingkan setelah mengetahui itu biasa saja. Ia berkata bahwa “ Puisimu kisruh dan cengeng, ketika membaca sajak Sarwono selain dari yang dimuat hari itu. Sarwono belum sempat melihatkan kepadanya, dan ia tahu, mungkin Pingkan tidak akan terlalu merespons. Tetapi, meski begitu, gadis berkulit putih itu tetap menaruh perhatian pada Sarwono. Malah ia pernah juga merasa kasihan ketika Sarwono yang bertubuh kerempeng itu terbatuk- batuk. Walau Sarwono berdalih, “ tapi kan sehat. dan pingkan membalasnya, “ Sehat apa? Suka ngrokok dan batuk-batuk kok sehat! begitu cara ia menunjukkan rasa sayangnya kepada Pria jawa yang dicintainya. Sebab, ia tahu, “ Sarwono pernah gagal melanjutkan studi ke Amerika gara- gara ada flek yang mencurigakan di paru-parunya ”. Sayangnya, Pingkan harus melanjutkan studinya di Jepang. Ia dikirim dari kampusnya dan mengikuti perintah Prodinya. Sarwono dibuat semakin galau ketika tahu itu. Lebih-lebih ia pernah mendengar, kalau pria Jepang bernama Katsuo yang pernah berkunjung ke Indonesia dan bertemu baca pernah dekat dengan Pingkan, telah lulus program pascasarjana dan menjadi dosen di Universitas Kyoto yang tak lain kampus yang nanti menjadi tempat Pingkan menuntut ilmu — Di akhir bab, Sarwono jatuh sakit dan cairan dalam paru-parunya disedot — Ia menderita paru- paru basah. Ditambah benak dan hatinya yang basah sebab lama menahan rindunya ingin bertemu sang kekasih. Entah karena apa, dari novel tipis total 144 halaman ini, saya kehilangan sosok SDD. Memang menulis puisi mungkin tidak bisa disamakan dengan penulisan novel. Tetapi, andai saya diminta untuk memberikan bintang, bukan karena saya tidak mengenal karya beliau, saya akan beri 2,5 dari 5 bintang. Artinya, ada sedikit rasa kurang terpuaskan’ tanpa harus menyebutnya mengecewakan dari kalimat-kalimat sederhana yang beliau tuliskan hingga mewujud sebuah novel berjudul Hujan Bulan Juni — berbeda sekali dengan puisinya. Saya menangkap, malah seperti ada keterpaksaan dan keharusan pada novelnya ini diberi judul yang sama dengan puisi terkenalnya itu. Bahkan, sampai diakhir bab, saya tidak mendapati klimaks atau rasa penasaran yang berarti. Meski di penghujung ending -nya masih ada kemungkinan untuk hadir sequel atau seri buku berikutnya. Dan lagi, saya kurang sreg dengan perdebatan dan berbincangan yang menyatakan kalau Pingkan lebih senang disebut Jawa tinimbang Menado atau sebaliknya. Bukan terhadap isi dari narasi tersebut yang saya permasalahkan, tetapi lebih ke pengulangan-pengulangan yang beberapa kali bermunculan di lembar-lembar berikutnya dan sepertinya hanya pemborosan kalimat saja dan kurang menunjang jalannya cerita. Terlepas siapa yang memperbincangkan itu; Ibu, Kakak, Sarwono atau Pingkan sendiri. Saya rasa, baiknya itu dikurangi. Dan yang berikutnya adalah beberapa typo yang saya temui, sepertinya ini menjadi catatan penting untuk editornya — pun penulisnya tentu saja — agar
Jakarta- Film 'Hujan Bulan Juni' yang diangkat dari novel laris karya sastrawan Sapardi Djoko Damono dikabarkan tengah masuk proses produksi. Lantas siapa yang akan membintangi film tersebut? Dalam akun Twitter @SapardiDD diunggah sebuah foto Sapardi berpose bersama para aktris dan aktor yang disebut-sebut akan menjadi pemain dari film
Ilustrasi Cover buku Hujan Bulan Juni, karya Sapardi Djoko Darmono. istimewaNovel Hujan Bulan Juni, merupakan sebuah buku karangan Sapardi Djoko Damono, yang telah terbit tahun 2015 oleh penerbit Gramedia Pusaka Utama, serta telah dicetak ulang beberapa Hujan Bulan Juni berisi tentang kisah percintaan Sarwono dan Pingkan, berisi manis pahitnya hubungan keduanya. Novel ini juga telah diadaptasi menjadi sebuah film pada tahun 2017 dengan judul yang Djoko Damono merupakan seorang sastrawan Indonesia yang sangat terkenal dan menjadi guru besar pensiunan Universitas Indonesia sejak 2005 dan guru besar tetap pada Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta 2009.Dalam novel ini kita akan menemukan kata “hujan” yang pastinya akan mengingatan kita dengan sebuah puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Aku Ingin”.Puisi ini sering kali kita temui dalam kutipan-kutipan cerita ataupun ungkapan kata-kata yang melambangkan sebuah keromantisan untuk puisi ini sebagai berikutAku ingin mencintaimu dengan sederhana,dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya ingin mencintaimu dengan sederhana,dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya buku Hujan Bulan Juni, karya Sapardi Djoko Darmono. istimewaSederhana namun puisi ini memiliki kesan yang mendalam dan indah untuk dipahami maknanya. Dari kutipan puisi ini kita pasti akan mengingat tentang novel Sapardi Djoko Damono yang berjudul Hujan Bulan cinta antara Sarwono dan Pingkan yang terhalang berbagai macam hal, seperti perbedaan agama, suku, pertentangan dari keluarga, dan hubungan jarak Hujan Bulan Juni ini mengisahkan tentang Sarwono yang merupakan orang Jawa asli yang sekarang bekerja menjadi salah satu dosen Antropolog di Universitas Indonesia, sedangkan Pingkan adalah keturunan campuran Jawa dengan Manado yang juga seorang dosen Sastra Jepang di Universitas awal novel ini berkisah dari Sarwono yang pertama kali menganal Pingkan karena Pingkan adalah adik dari temannya yang bernama Toar. Sarwono dan Toar sudah berteman sejak SMP saat di rintangan yang harus dihadapi oleh mereka karena adanya beberapa perbedaan, namun pembawaan dalam ceritanya terkesan santai dengan cerita-cerita percakapan yang ringan yang membuat hubungan antara Sarwono dan Pinkan menjadi terasa pertama muncul saat Sarwono dan Pingkan mendapatkan kabar bahwa Pingkan harus pergi ke Jepang melanjutkan studinya. Ia dikirim dari kampusnya dan mengikuti perintah dari sini Sarwono merasa sedih karena harus berpisah dengan Pingkan dengan jarak yang jauh dan waktu yang lama. Begitu pula yang dirasakan oleh Pingkan yang merasa sedih. Namun mau bagaimanapun itu tidak bisa dihindari, dan Pingkan harus pergi ke dalam hatinya merasa jengkel karena Pingkan harus ke Jepang dan bertemu dengan Katsuo yang sebelumnya pernah studi di Indonesia, yang menjadi mahasiwa yang begitu populer di kalangannya, dan Pingkan juga dekat dengan Katsuo. Semakin jengkel Sarwono karena tau bahwa Katsuo juga akan bekerja sama dengan Pingkan saat di Jepang, karena Katsuo juga seorang dosen di kedua muncul saat Sarwono berkunjung ke rumah Bibi Henny, tantenya Pingkan. Dalam permasalahan selanjutnya ini menjadi semakin rumit karena dari keluarga Pingkan tidak setuju dengan Pingkan yang memilih Sarwono untuk menjadi Pingkan juga mendesak Pingkan untuk mau dijodohkan dengan dosen muda yang telah kenal dengannya di Manado, yaitu Tumbelaka. Namun Pingkan tetap menolak saran dari Bibi Henny di sini keluarga Pingkan tidak menyetujui hubungannya dengan Sarwono karena perbedaan agama dan suku. Mereka tidak mau Pigkan seperti bapak dan ibunya yang juga orang Manado mendapat jodoh orang Jawa, dan berharap supaya Pingkan tinggal di Manado saja, bukan kembali ke Jakarta atau Solo ikut dengan Pingkan yang seharusnya masih beberapa bulan lagi ternyata diajukan untuk segera berangkat ke Jepang, yang membuat Sarwono mau tak mau harus melepaskan Pingkan pergi darinya. Namun sebelum keberangkatan Pingkan, Sarwono telah diminta untuk bertemu dangan ibunya Pingkan dan membicarakan tentang keseriusan Sarwono untuk menikahi Pingkan. Tidak disangka Ibunya Pingkan merestui hubungan mereka, walau keluarga yang lain tidak beberapa waktu berlalu, sejak jarak memisahkan mereka antara Indonesia dengan Jepang, Sarwono sebenarnya sekarang sedang tidak baik-baik saja, karena akhir-akhir ini dia merasa tidak sehat dan masih harus bertahan dengan kerinduannya kepada Pingkan yang belum ketika, Pingkan telah pulang ke Indonesia dan ingin segera bertemu dengan Sarwono, namun Pingkan mendapat kabar buruk tentang kondisi Sarwono yang sedang kritis dan dirawat di rumah sakit di Solo karena sakit paru-paru langsung pergi ke Solo untuk menemui Sarwono, namun sesampainya di sana Pingkan tidak dapat bertemu dengan Sarwono, dan hanya dapat bertemu dengan ibunya bertemu dengan ibunya Sarwono, Pingkan diberi sebuah koran titipan dari Sarwono kepada ibunya. Dalam Koran itu tertulis tiga sajak puisi karya Sarwono yang telah novel Hujan Bulan Juni ini memiliki desain sampul atau cover yang sangat keren, dengan tulisan yang diberi efek luntur seperti terkena air ini juga memiliki cerita yang tidak mudah ditebak, namun dalam novel cerita yang ada, masih memiliki akhir yang tanggung dan akan dilanjutkan dalam novel selanjutnya yang berjudul Pingkan Melipat Jarak. */kikJudul Buku Hujan Bulan JuniPenulis Sapardi Djoko DarmonoPenerbit Utama Gramedia Pustaka UtamaDeskripsi Fisik Tebal 138 halamanPenulis Resensi Puguh Prianggoro SPd Penulis adalah Guru Pegiat Kampung Ilmu Bojonegoro.
RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015) Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015) [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015) Blog Archive 2012 (5)
Judul Hujan Bulan Juni Penulis Sapardi Djoko Damono Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Cetakan Kedua puluh dua, Juli 2021 Tebal 135 halaman ISBN 978-602-03-1843-1 Peresensi Al Fatih Rijal Pratama Novel yang berjudul “Hujan Bulan Juni” merupakan salah satu karya dari maestro sastra Indonesia yakni Sapardi Djoko Damono, yang pertama kali terbit pada tahun 2015 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. Sekarang buku tersebut telah dicetak ulang beberapa kali, dalam buku yang saya resensi ini telah dicetak sebanyak dua puluh dua. Novel “Hujan Bulan Juni” ini merupakan interprestasi atau ahli wahana dari antologi puisi yang berjudul “Hujan Bulan Juni” 1994. Setelah membaca novel ini tentu kita akan mengingat akan tiga buah sajak yang berjudul “Aku Ingin.” Sajak ini termuat dalam novel tersebut yang menjadikan romantisme dalam hubungan percintaan antara Sarwono dan Pingkan. Berikut kutipan sajak puisi “Aku Ingin” aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada 1989 Novel “Hujan Bulan Juni” ini menceritakan hubungan asmara antara Sarwono dan Pingkan yang digambarkan secara rinci melalui tingkah laku dalam menjalin sebuah asmara serta saat menghadapi berbagai problem-problem masalah-masalah, red kehidupan. Tak hanya itu saja, dalam novel tersebut juga menceritakan tentang perbedaan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang berbeda agama, suku, adat dan budaya. Dengan diceritakan secara kompleks dan implisit antara permasalahan hubungan keluarga dan cinta yang berjarak. Hubungan tersebut membuat mereka berdua bingung kapan hubungan tersebut berlanjut ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan. Awal mula cerita itu, dikisahkan mengenai sosok pemuda yang bernama Sarwono panggilan akrabnya, yang merupakan seorang berdarah jawa yang tinggal di daerah solo. Dia terlahir dalam keluarga yang memiliki kehidupan yang sederhana dengan kebudayaan Jawa, orang tua Sarwono merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil. Sarwono adalah seorang antropolog sekaligus dosen muda yang mengajar di program studi antropologi. Sarwono pandai menulis puisi yang kerap dimuat di surat kabar terutama dalam surat kabar Swara Keyakinan. Tulisannya Sarwono juga telah menjadi pengisi tetap dalam media cetak tersebut. Sarwono dalam cerita novel tersebut digambarkan sebagai sosok pemuda yang cerdas, mandiri, saleh, romantis dan bekerja keras. Dikisahkan bahwa Sarwono pertama kali mengenal Pingkan karena dia adalah adik dari temannya yang bernama Toar. Pingkan adalah seorang dosen muda dari program studi bahasa Jepang yang digambarkan sebagai sosok perempuan yang cerdas, ceria, dermawan dan berperilaku baik kepada sekitarnya. Pingkan adalah seorang blasteran antara Jawa dengan Manado. Ayah Pingkan adalah orang Minahasa yang menikah dengan Ibu Hartini, orang Jawa. Hubungan antara Sarwono dan Pingkan seringkali mengalami sebuah problem masalah, red yang disebabkan adanya perbedaan, terutama dalam agama dan adat antara kedua keluarga asmara tersebut. Dimana hal tersebut membuat hubungan mereka menjadi rumit, penuh dilema dan pergulatan batin. Belum lagi kabar mengenai Pingkan yang harus pergi ke Jepang karena mendapatkan beasiswa di Universitas Kyoto. Kabar tersebut telah membuat Sarwono yang awalnya merasa ketakutan dan khawatir, karena kepergian Pinkan di Jepang itu bersama dengan Katsuo Suntoloyo yang merupakan teman dekat Pingkan. Katsuo Suntoloyo seorang dosen Jepang yang pernah menempuh kuliah di Universitas Indonesia atau tempat Sarwono dan Pingkan mengajar. Kepergian Pingkan tersebut juga telah membuat kondisi Sarwono seringkali berhalusinasi, bahkan sampai terbawa mimpi karena Katsuo Sontoloyo ini menaruh hati pada Pingkan. Namun, Sarwono tetap berpikir dengan tenang dan postif karena ia yakin akan kesetiaannya Pingkan kepada dirinya. Permasalahan dalam hubungan asmara kedua tokoh tersebut tidak hanya soal perginya Pingkan, namun juga hubungan antara keluarga Pingkan yang terjadi saat Sarwono berkunjung ke rumah Bibi Henny, tantenya Pingkan. Dalam permasalahan ini menjadi semakin rumit karena keluarga Pingkan juga mendesak Pingkan untuk mau dijodohkan dengan dosen muda yang telah kenal dengannya di Manado, yaitu Tumbelaka. Tak hanya soal perjuangan asmara saja, dalam novel tersebut juga menceritkan perjuangan Sarwono melawan penyakitnya yang dideritanya, yaitu paru-paruh basah atau flek. Sampai pada puncaknya Sarwono mengalami kondisi kritis hingga harus berbaring lemas di rumah sakit. Hal itulah yang telah membuat Pingkan kembali ke Indonesia untuk menjenguk Sarwono sang kekasihnya. Uniknya, novel Hujan Bulan Juni ini memiliki sampul yang elegan dan menarik dengan efek tulisan basah seperti terkena tetesan air. Selain itu, dalam novel tersebut memiliki gaya bahasa indah yang mengalir dalam setiap kalimat yang diungkapkan begitu puitis dan kaya makna. Akan tetapi, dalam novel tersebut juga ada beberapa kelemahan, yaitu penyajian cerita yang masih nanggung atau belum selesai. Dan juga adanya beberapa kalimat dengan penggunaan gaya bahasa yang barangkali susah dimengerti khalayak umum. Sebagai penutup yang mungkin menarik ditulis untuk mengakhiri dari akhir tulisan resensi ini adalah sepenggal kalimat yang saya dapatkan setelah membaca buku antologi cerpen karya Dewi Lestari yang berjudul “Filosofi Kopi” yang berbunyi, “Mencinta tanpa takut kehilangan Cinta.” Editor Munawir Muslih
. gl0ssel1j0.pages.dev/180gl0ssel1j0.pages.dev/146gl0ssel1j0.pages.dev/346gl0ssel1j0.pages.dev/907gl0ssel1j0.pages.dev/361gl0ssel1j0.pages.dev/57gl0ssel1j0.pages.dev/755gl0ssel1j0.pages.dev/21gl0ssel1j0.pages.dev/407gl0ssel1j0.pages.dev/486gl0ssel1j0.pages.dev/485gl0ssel1j0.pages.dev/492gl0ssel1j0.pages.dev/24gl0ssel1j0.pages.dev/935gl0ssel1j0.pages.dev/189
resensi novel hujan bulan juni